Monday, March 4, 2013
EoIP dan IpIP
Originally Posted by zidich
topologi nya gini : Client1 --- R1 --- AP1 ---(connect via WAN)--- AP2 --- R2 --- Client2
contoh kasus :
client1 melakukan traceroute ke IP client2
kalo tanpa eoip maka pasti di gunakan metode routing maka hasilnya IP R1, AP1, AP2 dan R2 akan muncul di list traceroute
kalo dengan eoip maka langsung ke IP client2 (lupa gw ip mana aja yg ntar muncul, tp yg jelas ip AP1 dan AP2 gk nongol)
mungkin itu yg di bilang menghilangkan noise, padahal itu cuma tipuan mata aja aslinya tetep aja lewat R1, AP1, AP2 dan R2
eoip biasanya di pergunakan para isp yg menawarkan jasa VPN, client gak perlu tau hop hop mana saja yg di lewati di tengah", mungkin untuk alasan keamanan ato bisa juga untuk mempermudah, misalnya gini aja, TS mau sewa jasa VPN dari jakarta ke amerika, secara real pasti akan ada puluhan ato mungkin ratusan hop yg di lewati, nah dengan eoip maka hop tersebut di tiadakan.
mungkin para sesepuh di sini bisa menjelaskan dengan bahasa yg keren dikit, maklum ane cuma ngerti prakteknya gak ngerti text nya.
CMIIW
yang diartikan noise sama temennya TS mungkin header packetnya yang gede di EoIP, ya kalo memang itu yang dimaksud maka betul, header packet di EoIP cukup gede juga..
kalo hop mungkin tergantung config EoIPnya juga, mau di bridge atau di routing, kalo di bridge ya ga ada hop lagi kalo di trace
CMIIW
sumber
Kerugian dari setiap theknik Traffic Control
1. Limit berdasarkan bytes
* Kekurangan pada saat klien melakukan download file dengan memecah-mecah file yang bersangkutan pake app seperti IDM
* P2P jebol
2. Limit content,
* banyak bangat content yang harus dilimit dan tidak case sensitif, penggunaan CPU juga cukup tinggi
* bisa diakali dengan memberikan memberikan exentension yang aneh seperti .exe dirubah dulu jadi .bret pada saat selesai di download di rubah kembali jadi .exe (jarang banget terjadi)
* P2P jebol
3. Limit berdasarkan SRC/DST address,
* penerapan diwarnet kadang user cuman download bentar 15 menit maen doank trus keluar yang ngga enak yang baru masuk langsung kena limit juga jika ternyata tempat tersebut lgs diisi user lain lagi(src-address)
* salah penetuan policy bisa mengakibatkan website ybs menjadi luambat di akses (dst-address)
* P2P jebol
4. Limit based concurrent connection
* Bisa mengakibatkan client tidak bisa browsing atau maen game pada saat melakukan download menggunakan torrent atau lainnya
* tidak menjamin bandwith tidak jebol oleh IDM, dll
5. Limit based PCQ
* salah konfigurasi jebol sama IDM, torrent, dll
* haus CPU resources di router
sumber
* Kekurangan pada saat klien melakukan download file dengan memecah-mecah file yang bersangkutan pake app seperti IDM
* P2P jebol
2. Limit content,
* banyak bangat content yang harus dilimit dan tidak case sensitif, penggunaan CPU juga cukup tinggi
* bisa diakali dengan memberikan memberikan exentension yang aneh seperti .exe dirubah dulu jadi .bret pada saat selesai di download di rubah kembali jadi .exe (jarang banget terjadi)
* P2P jebol
3. Limit berdasarkan SRC/DST address,
* penerapan diwarnet kadang user cuman download bentar 15 menit maen doank trus keluar yang ngga enak yang baru masuk langsung kena limit juga jika ternyata tempat tersebut lgs diisi user lain lagi(src-address)
* salah penetuan policy bisa mengakibatkan website ybs menjadi luambat di akses (dst-address)
* P2P jebol
4. Limit based concurrent connection
* Bisa mengakibatkan client tidak bisa browsing atau maen game pada saat melakukan download menggunakan torrent atau lainnya
* tidak menjamin bandwith tidak jebol oleh IDM, dll
5. Limit based PCQ
* salah konfigurasi jebol sama IDM, torrent, dll
* haus CPU resources di router
sumber
